Kali
ini saya sedang tidak akting menjadi Rinem. Tapi saya sedang menjadi diri saya
sendiri. Moch. Munirul Ichsan umur 23 tahun. Semoga tulisan ini tidak menjadi
riya'. Tetapi bisa menjadi bentuk nasehat kepada setiap muslim bahwa janji
Allah tentang sedekah itu benar adanya. Allahuakbar.
Semoga antara tulisan, hati, dan otak saya sama. Tanpa dilebih-lebihkan atau
dikurangi. Sebab ini sebagai amanat bahwa keajaiban takdir Allah itu ada.
Selamat membaca.
Kisah
ini berawal ketika saya mulai bekerja di salah satu perusahaan BUMN yang
memiliki kantor pusat di Jakarta Timur. Tepat pada bulan April 2013 saya di
tempatkan di wilayah Palembang. Selama dua minggu saya berada di kantor
wilayah. Dan pada tanggal 30 April akhirnya saya dikirim ke proyek yang berada
di Bandar Lampung. Dan dari kota ini lah kisah ini dimulai.
Maklum,
saya kan masih pertama kerja. Jadi jiwanya masih menggebu-gebu dengan target
utama, gimana sih caranya agar cepet jadi orang kaya. Saya pun mulai membaca
tentang pengelolaan bisnis sampingan, investasi jangka panjang, kredit
kendaraan dan perumahan, menghubungi teman-teman yang sudah jadi enterpreneur
ketika kuliah, serta mulai rajin dengerin ceramah agama. Haha, kalo baca point
yang terakhir saya jadi malu. Sebab kegiatan seperti itu sebenarnya kebiasaan
saya ketika masih menjadi rohis SMA, namun ketika kuliah enggak lagi. Parah
banget kan.
Dan
dari beberapa usaha pengen cepet kaya di atas, akhirnya saya mulai mencapai
titik keraguan dan kejenuhan. Soalnya saya sedang berada di daerah yang minim
koneksi, pendatang baru, dan terus dibayangi cerita beberapa orang yang pernah
ditipu orang sumatera. Endingnya saya pun pasrah. Dan memilih solusi terbaik
menurut pandangan saya saat itu, menabung sebanyak-banyaknya gaji yang saya
dapatkan. Dan tentunya setelah dipotong biaya untuk adik yang sedang belajar di
Pare.
Tepat
pada bulan Ramadhan 2013, sepertinya Allah menakdirkan saya untuk belajar ilmu
sedekah. Melalui perantara ucapan Ustad Yusuf Mansur. Tidak tahu kenapa, dulu
saya yang begitu perhitungan masalah duit. Tapi bisa berubah drastis. Saya
maklumi, mungkin saat kuliah dulu saya harus banyak berhemat. Terlebih setelah
bapak meninggal. Tentu uang kuliah hanya berasal dari beasiswa dan rezeki ibu
yang berasal dari sebuah lapak baju ukuran 3X2 M di pasar Sumberayu,
Banyuwangi. Dan menurut saya rezeki Allah sangat luar biasa, sebab akhirnya
saya bisa menyelesaikan S1 di Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Meski pun dalam keadaan telat 1 semester.
Dan ilmu sedekah ini akhirnya saya terapin ketika Bonus uang ketupat lebaran senilai Rp 600.000 turun. Mungkin untuk beberapa orang uang Rp 600.000 bernilai sedikit kan. Tapi bagi saya, orang yang baru belajar sedekah itu nilai yang cukup besar. Dan akhirnya duit itu saya kasihkan semua ke nenek. Otomatis duit yang bisa saya pamerin untuk beli baju baru amblas. Haha, Nggak apa-apa buat pembelajaran. Prinsip itu lah yang selalu saya yakini saat itu.
Uang THR? tetep di rekening dong dan tidak saya sedekahkan sepeser pun. Soalnya saya masih sangat takut miskin saat itu.
Akhirnya hari mudik pun makin dekat. Saya telpon-telponan dengan ibu, kalau sudah jalanin amanat untuk ngasih nenek duit lebaran. Dan ibu bilang, jangan lupa ibu juru masak dan nyuci baju di proyek dikasih juga. Akhirnya saya ke ATM buat ngambil duit. Kan saya baru pertama mudik dari sumatera tu, akhirnya saya ngambil duit tunai agak banyak dikit. Biasa agak lebay mau mudik soalnya, Rp 1.000.000. Amanat pun saya jalankan si ibu juru masak saya kasih Rp 200.000. Dan uang tunai saya tinggal Rp 800.000.
Dan sampailah pada hari terakhir berangkat ke kantor. Teman-teman ngajak ke Tanjung Karang, sebab disana ada sebuah toko yang sangat terkenal khusus penjualan oleh-oleh khas Lampung. Saya pun beli oleh-oleh kecil-kecilan seharga Rp 200.000. Dan uang saya sisa Rp 600.000.
Dari uang Rp 600.000 itu saya mulai mikir. Oh iya, kata pak ustad kalo mau kaya kan harus sayang dan suka ngasih ke anak yatim. Saya pun masukin Rp 550.000 ke dalam amplop. Dan Uang Rp 50.000 saya taruh dalam dompet buat beli sahur dan berbuka di perjalanan. Akhirnya malam terakhir sebelum mudik saya sempetin keliling Lampung. Cari tahu dimana letak panti asuhan. Dan akhirnya nemu sebuah panti asuhan di sekitar Gunung Camang. Bernama panti asuhan "Khusnul Khatimah".
Ketika saya pertama datang ke panti asuhan ini, degup jantung makin kenceng. Tapi itu bukan karena grogi. Tapi karena saya malu kenapa sejak dulu enggak lakuin hal ini. Saya mulai masuk ke ruang tamu. Di sambut salam oleh seorang pengurus laki-laki. Kemudian beberapa anak-anak penuh berkah itu pun datang menghampiri sambil salim dan mencium tangan saya yang penuh dosa ini. Pengen nangis, tapi untungnya air mata masih bisa saya tahan. Dan akhirnya anak-anak penuh berkah makin banyak yang ngumpul di ruang tamu. Ada yang udah seumuran SMP, ada yang masih SD, ada yang masih balita, dan ada yang digendong pengasuhnya. Dan mas pengurusnya bilang,
"Bentar pak jangan pulang dulu, kita doa"
Saya kira yang mau doa si mas pengurus. Ternyata salah. Yang doa malah seorang anak kecil yang memakai sarung dan kopyah. Lantas anak-anak yang lain duduk di bawah sambil mengamini. Dada siapa yang enggak nyesek lihat fenomena kayak gitu. Mata siapa yang enggak berkaca-kaca pada posisi seperti itu. Dan dalam hati saya,
"Ya Allah hamba tak pantas berada disini, hamba terlalu banyak dosa"
Selesai doa. Anak-anak itu menyalami saya sambil baca sholawat badar. Seolah saya datang sehabis perang. Dan memang benar saya datang setelah berperang melawan kecintaan kepada dunia, kepada pamer baju baru, kepada investasi di danareksa, kepada gadget yang akhirnya gagal terbeli.
Saya pun pulang ke mess. Dulu jarang sholat jamaah. Akhirnya saya makin rajin jamaah. Dulu yang jarang dhuha. Akhirnya makin rajin dhuha. Bahkan dhuha 12 rakaat udah biasa. Baca Al quran sehari 1 juz makin biasa. Kirim-kirim doa kepada orang yang dicintai makin biasa. Dan tentunya saya makin terbiasa keluarin duit tanpa pikir di rekening bakal habis. Dan emang bener, sedekah itu seperti katalisator yang sanggup mempercepat kemajuan ibadah-ibadah yang lain.
Dan akhirnya lebaran pun tiba. Disinilah fase orang yang udah kerja diuji tingkat kesuksesannya. Maklum lah di saat saudara pada kumpul. Pertanyaan-pertanyaan klise pun selalu muncul. Contohnya seperti ini, ketika masih SMA pasti ditanya mau kuliah dimana? Ketika kuliah pasti ditanya berapa IP nya? Ketika udah lama kuliah pasti ditanya kapan nih lulusnya? Dan ketika udah lulus pasti ditanya kerja dimana sekarang? Wah ini yang bakal jadi boomerang bagi setiap orang yang salah menjawab. Namun akhirnya saya menjawab dengan sebuah metode super jadul, namun menurut saya sangat efektif untuk berdakwah. Apa itu? Saya pun bilang kalo sudah bekerja di sumatera, makan udah dijamin, tempat tinggal dijamin, tranport dijamin, tukang masak ada, tukang cuci ada. Terus ngomongnya sambil ngasih amplop ampao kepada para ponakan dan beberapa tetangga yang udah tua-tua.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan ponakan yang masih bingung mau di kuliahkan atau tidak oleh orang tuanya. Dia saya kasih ampao. Disini lah brain storming kepada orang tuanya mulai tercipta. Dan orang tuanya pun sadar, bahwa kuliah itu penting. Masalah duit ma nomer 17. Yang penting nomor 1 Allah. Urusan SPP, Kos, makan, dll itu serahin aja sama Allah. Dan menurut saya, itu adalah dakwah tauhid yang sangat prinsipel. Menurut saya sih. Soalnya saya udah ngebuktiin. Andaikan saat itu saya nggak ngasih ampao ke ponakan-ponakan mungkin dakwah tauhid ini tidak jadi tersampaikan.
Dan akhirnya musim libur mudik pun akan usai. Di dalam pikiran saya. Habis ini nabung lagi ah biar bisa buat beli-beli nanti. Tapi ternyata Allah menakdirkan saya untuk menyelesaikan masalah yang lain. Kakak saya yang nomor 2 bilang,
"Le ibu, masih ada hutang ke juragan. Sampean bisa bantu? Kalo mbak sudah nggak bisa. Tahu sendiri gaji jadi guru sukuhan berapa."
Ujian kecintaan pada duit di rekening pun makin menjadi-jadi. Ya Allah seperti ini kah konsep mu untuk membikin cerita. Dan saya pun putusin. Udah duit itu kasihkan ke ibu aja. Gadget lupain dah. Lupain. Duit saya ambil. Dan dialog diplomatis pun dikeluarkan ibu. Dan sepertinya semua ibu-ibu juga bakal lakuin hal itu.
"Aduh nggak usah le, ibu masih punya duit. Hutang itu gampang, masih bisa narik ke suplier sekolah yang belum bayar"
Tapi ini bukan masalah bisa nutup hutang atau enggak. Tapi ini masalah, tauhid, akhlak, dan bakti kepada orang tua. Saya paksa ibu buat nerima. Beres. Saya pun pulang ke proyek dalam keadaan. Minim rekening.
Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Mana ini balasan dari Allah tentang sedekah. Katanya diganti 10X, 700X, atau malah tak terhingga. Manusiawi, apalagi buat orang yang baru belajar. Akhirnya bulan berikutnya saya beli HP samsung. Maklum emosi dunia saya masih kuat dan ingin punya android. Dan gara-gara beli barang ini, saya tidak datang lagi ke panti asuhan. Setan-setan pada ketawa sambil bilang, "Aselole buka titik JOS".
Dan di bulan berikutnya saya sadar. Sepertinya sedekah itu perjuangan yang belum menemui titik akhir. Saya pun datang lagi ke panti asuhan "Khusnul Khatimah". Dulu yang cuma ngasih Rp 550.000 kini jadi saya tingkatkan menjadi Rp 950.000. Minimal ada peningkatan lah meski pun sedikit.
Bulan Dzulhijah pun tiba. Saya telpon ibu,
"Mak tak beliin kambing buat kurban ya?"
Dan ilmu sedekah ini akhirnya saya terapin ketika Bonus uang ketupat lebaran senilai Rp 600.000 turun. Mungkin untuk beberapa orang uang Rp 600.000 bernilai sedikit kan. Tapi bagi saya, orang yang baru belajar sedekah itu nilai yang cukup besar. Dan akhirnya duit itu saya kasihkan semua ke nenek. Otomatis duit yang bisa saya pamerin untuk beli baju baru amblas. Haha, Nggak apa-apa buat pembelajaran. Prinsip itu lah yang selalu saya yakini saat itu.
Uang THR? tetep di rekening dong dan tidak saya sedekahkan sepeser pun. Soalnya saya masih sangat takut miskin saat itu.
Akhirnya hari mudik pun makin dekat. Saya telpon-telponan dengan ibu, kalau sudah jalanin amanat untuk ngasih nenek duit lebaran. Dan ibu bilang, jangan lupa ibu juru masak dan nyuci baju di proyek dikasih juga. Akhirnya saya ke ATM buat ngambil duit. Kan saya baru pertama mudik dari sumatera tu, akhirnya saya ngambil duit tunai agak banyak dikit. Biasa agak lebay mau mudik soalnya, Rp 1.000.000. Amanat pun saya jalankan si ibu juru masak saya kasih Rp 200.000. Dan uang tunai saya tinggal Rp 800.000.
Dan sampailah pada hari terakhir berangkat ke kantor. Teman-teman ngajak ke Tanjung Karang, sebab disana ada sebuah toko yang sangat terkenal khusus penjualan oleh-oleh khas Lampung. Saya pun beli oleh-oleh kecil-kecilan seharga Rp 200.000. Dan uang saya sisa Rp 600.000.
Dari uang Rp 600.000 itu saya mulai mikir. Oh iya, kata pak ustad kalo mau kaya kan harus sayang dan suka ngasih ke anak yatim. Saya pun masukin Rp 550.000 ke dalam amplop. Dan Uang Rp 50.000 saya taruh dalam dompet buat beli sahur dan berbuka di perjalanan. Akhirnya malam terakhir sebelum mudik saya sempetin keliling Lampung. Cari tahu dimana letak panti asuhan. Dan akhirnya nemu sebuah panti asuhan di sekitar Gunung Camang. Bernama panti asuhan "Khusnul Khatimah".
Ketika saya pertama datang ke panti asuhan ini, degup jantung makin kenceng. Tapi itu bukan karena grogi. Tapi karena saya malu kenapa sejak dulu enggak lakuin hal ini. Saya mulai masuk ke ruang tamu. Di sambut salam oleh seorang pengurus laki-laki. Kemudian beberapa anak-anak penuh berkah itu pun datang menghampiri sambil salim dan mencium tangan saya yang penuh dosa ini. Pengen nangis, tapi untungnya air mata masih bisa saya tahan. Dan akhirnya anak-anak penuh berkah makin banyak yang ngumpul di ruang tamu. Ada yang udah seumuran SMP, ada yang masih SD, ada yang masih balita, dan ada yang digendong pengasuhnya. Dan mas pengurusnya bilang,
"Bentar pak jangan pulang dulu, kita doa"
Saya kira yang mau doa si mas pengurus. Ternyata salah. Yang doa malah seorang anak kecil yang memakai sarung dan kopyah. Lantas anak-anak yang lain duduk di bawah sambil mengamini. Dada siapa yang enggak nyesek lihat fenomena kayak gitu. Mata siapa yang enggak berkaca-kaca pada posisi seperti itu. Dan dalam hati saya,
"Ya Allah hamba tak pantas berada disini, hamba terlalu banyak dosa"
Selesai doa. Anak-anak itu menyalami saya sambil baca sholawat badar. Seolah saya datang sehabis perang. Dan memang benar saya datang setelah berperang melawan kecintaan kepada dunia, kepada pamer baju baru, kepada investasi di danareksa, kepada gadget yang akhirnya gagal terbeli.
Saya pun pulang ke mess. Dulu jarang sholat jamaah. Akhirnya saya makin rajin jamaah. Dulu yang jarang dhuha. Akhirnya makin rajin dhuha. Bahkan dhuha 12 rakaat udah biasa. Baca Al quran sehari 1 juz makin biasa. Kirim-kirim doa kepada orang yang dicintai makin biasa. Dan tentunya saya makin terbiasa keluarin duit tanpa pikir di rekening bakal habis. Dan emang bener, sedekah itu seperti katalisator yang sanggup mempercepat kemajuan ibadah-ibadah yang lain.
Dan akhirnya lebaran pun tiba. Disinilah fase orang yang udah kerja diuji tingkat kesuksesannya. Maklum lah di saat saudara pada kumpul. Pertanyaan-pertanyaan klise pun selalu muncul. Contohnya seperti ini, ketika masih SMA pasti ditanya mau kuliah dimana? Ketika kuliah pasti ditanya berapa IP nya? Ketika udah lama kuliah pasti ditanya kapan nih lulusnya? Dan ketika udah lulus pasti ditanya kerja dimana sekarang? Wah ini yang bakal jadi boomerang bagi setiap orang yang salah menjawab. Namun akhirnya saya menjawab dengan sebuah metode super jadul, namun menurut saya sangat efektif untuk berdakwah. Apa itu? Saya pun bilang kalo sudah bekerja di sumatera, makan udah dijamin, tempat tinggal dijamin, tranport dijamin, tukang masak ada, tukang cuci ada. Terus ngomongnya sambil ngasih amplop ampao kepada para ponakan dan beberapa tetangga yang udah tua-tua.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan ponakan yang masih bingung mau di kuliahkan atau tidak oleh orang tuanya. Dia saya kasih ampao. Disini lah brain storming kepada orang tuanya mulai tercipta. Dan orang tuanya pun sadar, bahwa kuliah itu penting. Masalah duit ma nomer 17. Yang penting nomor 1 Allah. Urusan SPP, Kos, makan, dll itu serahin aja sama Allah. Dan menurut saya, itu adalah dakwah tauhid yang sangat prinsipel. Menurut saya sih. Soalnya saya udah ngebuktiin. Andaikan saat itu saya nggak ngasih ampao ke ponakan-ponakan mungkin dakwah tauhid ini tidak jadi tersampaikan.
Dan akhirnya musim libur mudik pun akan usai. Di dalam pikiran saya. Habis ini nabung lagi ah biar bisa buat beli-beli nanti. Tapi ternyata Allah menakdirkan saya untuk menyelesaikan masalah yang lain. Kakak saya yang nomor 2 bilang,
"Le ibu, masih ada hutang ke juragan. Sampean bisa bantu? Kalo mbak sudah nggak bisa. Tahu sendiri gaji jadi guru sukuhan berapa."
Ujian kecintaan pada duit di rekening pun makin menjadi-jadi. Ya Allah seperti ini kah konsep mu untuk membikin cerita. Dan saya pun putusin. Udah duit itu kasihkan ke ibu aja. Gadget lupain dah. Lupain. Duit saya ambil. Dan dialog diplomatis pun dikeluarkan ibu. Dan sepertinya semua ibu-ibu juga bakal lakuin hal itu.
"Aduh nggak usah le, ibu masih punya duit. Hutang itu gampang, masih bisa narik ke suplier sekolah yang belum bayar"
Tapi ini bukan masalah bisa nutup hutang atau enggak. Tapi ini masalah, tauhid, akhlak, dan bakti kepada orang tua. Saya paksa ibu buat nerima. Beres. Saya pun pulang ke proyek dalam keadaan. Minim rekening.
Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Mana ini balasan dari Allah tentang sedekah. Katanya diganti 10X, 700X, atau malah tak terhingga. Manusiawi, apalagi buat orang yang baru belajar. Akhirnya bulan berikutnya saya beli HP samsung. Maklum emosi dunia saya masih kuat dan ingin punya android. Dan gara-gara beli barang ini, saya tidak datang lagi ke panti asuhan. Setan-setan pada ketawa sambil bilang, "Aselole buka titik JOS".
Dan di bulan berikutnya saya sadar. Sepertinya sedekah itu perjuangan yang belum menemui titik akhir. Saya pun datang lagi ke panti asuhan "Khusnul Khatimah". Dulu yang cuma ngasih Rp 550.000 kini jadi saya tingkatkan menjadi Rp 950.000. Minimal ada peningkatan lah meski pun sedikit.
Bulan Dzulhijah pun tiba. Saya telpon ibu,
"Mak tak beliin kambing buat kurban ya?"
"Loh enggak usah, Emak udah pernah kurban, Almarhum Bapak juga pernah. Itu
buat sampean aja"
"Iya to, ya udah kalo gitu. Tahun depan moga kita ada duit buat haji
mak"
"Amin"
Doa yang sangat bercanda kepada ibu tercinta. Dan uang gaji setelah dipotong buat biaya adik sekolah, saya belikan kambing di banyuwangi. Semoga setelah saya ceritakan gini pahala kurban masih diterima oleh Allah.
Bulan muharram pun tiba. Tahu itu bulan apa? Itu adalah bulan lebarannya anak yatim. Saya akhirnya ingat kalo punya 3 ponakan dalam keadaan yang harus dibantu. Sebab 3 tahun yang lalu ayahnya yang seorang TNI meninggal dalam kecelakaan. Dan akhirnya saya kirimi duit Rp1.000.000. Tapi saya belum puas. Sedekah ini harus ditambah, saya pun hubungi kakak yang nomor 2.
"Mbak di banyuwangi ada santunan"
Doa yang sangat bercanda kepada ibu tercinta. Dan uang gaji setelah dipotong buat biaya adik sekolah, saya belikan kambing di banyuwangi. Semoga setelah saya ceritakan gini pahala kurban masih diterima oleh Allah.
Bulan muharram pun tiba. Tahu itu bulan apa? Itu adalah bulan lebarannya anak yatim. Saya akhirnya ingat kalo punya 3 ponakan dalam keadaan yang harus dibantu. Sebab 3 tahun yang lalu ayahnya yang seorang TNI meninggal dalam kecelakaan. Dan akhirnya saya kirimi duit Rp1.000.000. Tapi saya belum puas. Sedekah ini harus ditambah, saya pun hubungi kakak yang nomor 2.
"Mbak di banyuwangi ada santunan"
"Ada tapi udah kemaren acaranya"
"Wah telat, kalo di SD"
"Kalo di SD gampang, ntar aku kasih ke anaknya langsung"
Jebret, saya kirim ke rekening kakak Rp1.000.000 biar dibagi-bagi sendiri.
Jebret, saya kirim ke rekening kakak Rp1.000.000 biar dibagi-bagi sendiri.
Bulan Muharram pun habis. Tapi jackpot dari Allah belum keluar juga. Dan
anehnya saya tidak berhenti di sini. Saya malah makin banyak belajar tentang
sedekah. Kenapa kok belum turun-turun juga itu jackpot. Dulu saya cuma belajar
lewat google, kaskus, dan youtube. Kini malah membeli buku-buku Ustad Yusuf
Mansur.
Di dalam buku itu. Saya tersindir dengan ayat alquran ini,
Di dalam buku itu. Saya tersindir dengan ayat alquran ini,
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" (QS. Ali ‘Imran [3] : 92)
Jleb. Saya pun mikir lagi. Ah masak cuma sedekah segitu aja udah minta rezeki tak terduga. Bisa jadi balasan itu masih Allah samperin ke dosa-dosa di jaman dulu. Kayak hadist ini.
"Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Dan kalo nyantol ke dosa. Kayaknya dosa saya masih sangat banyak banget tu. Ya Allah Jadi orang baik ternyata butuh perjuangan juga ya.
Akhirnya bulan baru pun tiba. Saya gajian lagi. Kali ini list sedekah saya mulai terperinci. Jangan ada yang terlewatkan. Harus urut seperti QS : Al Baqarah katakan. Jangan ada rasa mencintai uang. Udah pasrahin sama Allah. Ya Allah ini gaji saya sebulan tak sedekahin semua. Urusan kebutuhan saya. Biar Engkau saja yang ngatur.
Target sedekah saya seperti ini :
Jleb. Saya pun mikir lagi. Ah masak cuma sedekah segitu aja udah minta rezeki tak terduga. Bisa jadi balasan itu masih Allah samperin ke dosa-dosa di jaman dulu. Kayak hadist ini.
"Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Dan kalo nyantol ke dosa. Kayaknya dosa saya masih sangat banyak banget tu. Ya Allah Jadi orang baik ternyata butuh perjuangan juga ya.
Akhirnya bulan baru pun tiba. Saya gajian lagi. Kali ini list sedekah saya mulai terperinci. Jangan ada yang terlewatkan. Harus urut seperti QS : Al Baqarah katakan. Jangan ada rasa mencintai uang. Udah pasrahin sama Allah. Ya Allah ini gaji saya sebulan tak sedekahin semua. Urusan kebutuhan saya. Biar Engkau saja yang ngatur.
Target sedekah saya seperti ini :
1.
Kasih ke ibu Rp1.000.000
2.
Biaya ke adik buat sekolah Rp1.000.000
3.
Kasih ke 3 ponakan yang bapaknya dulu TNI namun sekarang sudah tiada Rp1.000.000
4.
Kasih ke teman-teman di lab waktu kuliah dulu, saya belum traktiran Rp1.000.000
5.
Ke Panti asuhan langganan "Khusnul Khatimah" Rp1.000.000
6.
Kotak amal masjid tiap jumat @ Rp 100.000 total sebulan Rp 400.000
7.
Beberapa pekerja kantor yang harus dibantu, dihutangi, dan dikasih semangat.
Totalnya maaf tak bisa disebutkan. Hehe, ini sangat rahasia.
Dan setelah dilist ternyata melebihi gaji saya sebulan dan memangkas rekening sisa saya. Dan akhirnya duit saya makin menipis aja. Alhamdulillah.
Akhirnya tanggal 10 Desember 2013 saya berangkat ke Palembang untuk mengikuti salah satu pelatihan tentang prosedur pelaporan di perusahaan. Namun ternyata pada pukul 04.30 WIB tanggal 11 Desember 2013 kendaraan yang saya tumpangi kecelakaan di KM 34 Inderalaya Sumetera Selatan. Dan menurut saya ini sebuah jadi Azab, Pengingat, Bukti Janji Allah, dan Segela tentang sedekah yang telah saya ragukan ternyata telah menunjukkan kebenarannya. Kenapa? Karena menurut saya dalam kecelakaan itu ada sebuah peristiwa yang menurut saya sangat tidak logis.
Kronologisnya seperti ini, Saya berangkat ke palembang naik mobil dan duduk di bagian samping kiri. Dan selama di perjalanan saya hanya tertidur. Saat terjadi kecelakaan hingga membuat mobil ambruk ke arah kanan, kalo secara logika saya pasti pada posisi seperti ini. Sebab dalam keadaan tidur, jadi tidak bisa berbuat apa pun.
Tapi ternyata secara takdir Allah yang sangat luar biasa. Akhirnya keselamatan itu masih bisa saya rasakan dan penumpang lain rasakan. Dan posisi akhir saya malah berdiri sambil mengijak kaca sebelah kanan seperti ini. Sungguh sangat tidak logis kan.
Meski pun awalnya saya mengira ini kecelakaan biasa. Tapi setelah bertanya kepada saksi mata, ternyata ini kecelakaan yang cukup serem. Jadi kejadianya gini, awalnya mobil nyalip sebuah truck besar di sebuah tikungan. Namun ketika nyalip truck ternyata ada sebuah mobil dalam keadaan kenceng dari lawan arah. Otomatis mobil pun dibelokan secara cepat ke arah kiri. Gara-gara gerakan yang super mendadak itu, mobil oleng dan ambruk ke sisi kanan. Alhamdulillah, ketika jatuh miring mobil segera tergeser ke tanah. Sebab ketika terlambat beberapa detik aja dan masih berada di aspal. Pasti sudah dihantam truck dari belakang. Yaa Allah.
Saya pun keluar dari mobil ini lewat kaca depan yang sudah pecah. Segera saya ambil HP untuk memfoto mobil itu. Ini Foto ketika saya sudah keluar dan mobil yang masih miring. Ini Setelah ditarik dan mobil bisa berdiri. Dari peristiwa ini saya hanya luka kecil seperti ini. Dari luka kecil di kaki ini, saya menemukan sebuah simbol. Tentang cara terhebat Allah mengingatkan hambaNya. Dan kenapa luka itu harus berada di atas punggung kaki. Sebab logikanya seperti ini. Jadi ketika niat mau sholat sambil liat bawah, tepat di atas kaki ada bekas luka. Dan batin selalu bilang gini.
"Tuh Nem, Allah ngasih dispensasi ke elo. Masih butuh butki lagi kalo janjinya nggak bakal ditepati. Dan sekarang terserah elo. Masih mau lanjutin perjuangan untuk bermanfaat kepada orang lain atau kagak. Ingat nem, mumpung elo masih muda, sehat, masih takut miskin, dan masih pengen jadi orang kaya. Jangan sampai elo pengen lakuin hal itu dalam keadaan sudah terlambat, sebab elo ingat kan kata Imam Ghozali. Sebenarnya yang dekat dengan manusia itu kematian. Bisa saja orang yang umurnya panjang itu, bukan karena umurnya panjang. Tapi masih bisa bermanfaat kepada setiap mahluk. Dan ingat terus hadist ini Nem"
"Silahturahmi dapat memperpanjang umur, dan sedekah dapat merubah takdir yang mubram" (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)
Selamat mencoba teman-teman. Dan temukan keajaiban Allah dalam diri kalian masing-masing. Assalamualaikum.
Sumber : http://www.rriinneemm.com
Dan setelah dilist ternyata melebihi gaji saya sebulan dan memangkas rekening sisa saya. Dan akhirnya duit saya makin menipis aja. Alhamdulillah.
Akhirnya tanggal 10 Desember 2013 saya berangkat ke Palembang untuk mengikuti salah satu pelatihan tentang prosedur pelaporan di perusahaan. Namun ternyata pada pukul 04.30 WIB tanggal 11 Desember 2013 kendaraan yang saya tumpangi kecelakaan di KM 34 Inderalaya Sumetera Selatan. Dan menurut saya ini sebuah jadi Azab, Pengingat, Bukti Janji Allah, dan Segela tentang sedekah yang telah saya ragukan ternyata telah menunjukkan kebenarannya. Kenapa? Karena menurut saya dalam kecelakaan itu ada sebuah peristiwa yang menurut saya sangat tidak logis.
Kronologisnya seperti ini, Saya berangkat ke palembang naik mobil dan duduk di bagian samping kiri. Dan selama di perjalanan saya hanya tertidur. Saat terjadi kecelakaan hingga membuat mobil ambruk ke arah kanan, kalo secara logika saya pasti pada posisi seperti ini. Sebab dalam keadaan tidur, jadi tidak bisa berbuat apa pun.
Tapi ternyata secara takdir Allah yang sangat luar biasa. Akhirnya keselamatan itu masih bisa saya rasakan dan penumpang lain rasakan. Dan posisi akhir saya malah berdiri sambil mengijak kaca sebelah kanan seperti ini. Sungguh sangat tidak logis kan.
Meski pun awalnya saya mengira ini kecelakaan biasa. Tapi setelah bertanya kepada saksi mata, ternyata ini kecelakaan yang cukup serem. Jadi kejadianya gini, awalnya mobil nyalip sebuah truck besar di sebuah tikungan. Namun ketika nyalip truck ternyata ada sebuah mobil dalam keadaan kenceng dari lawan arah. Otomatis mobil pun dibelokan secara cepat ke arah kiri. Gara-gara gerakan yang super mendadak itu, mobil oleng dan ambruk ke sisi kanan. Alhamdulillah, ketika jatuh miring mobil segera tergeser ke tanah. Sebab ketika terlambat beberapa detik aja dan masih berada di aspal. Pasti sudah dihantam truck dari belakang. Yaa Allah.
Saya pun keluar dari mobil ini lewat kaca depan yang sudah pecah. Segera saya ambil HP untuk memfoto mobil itu. Ini Foto ketika saya sudah keluar dan mobil yang masih miring. Ini Setelah ditarik dan mobil bisa berdiri. Dari peristiwa ini saya hanya luka kecil seperti ini. Dari luka kecil di kaki ini, saya menemukan sebuah simbol. Tentang cara terhebat Allah mengingatkan hambaNya. Dan kenapa luka itu harus berada di atas punggung kaki. Sebab logikanya seperti ini. Jadi ketika niat mau sholat sambil liat bawah, tepat di atas kaki ada bekas luka. Dan batin selalu bilang gini.
"Tuh Nem, Allah ngasih dispensasi ke elo. Masih butuh butki lagi kalo janjinya nggak bakal ditepati. Dan sekarang terserah elo. Masih mau lanjutin perjuangan untuk bermanfaat kepada orang lain atau kagak. Ingat nem, mumpung elo masih muda, sehat, masih takut miskin, dan masih pengen jadi orang kaya. Jangan sampai elo pengen lakuin hal itu dalam keadaan sudah terlambat, sebab elo ingat kan kata Imam Ghozali. Sebenarnya yang dekat dengan manusia itu kematian. Bisa saja orang yang umurnya panjang itu, bukan karena umurnya panjang. Tapi masih bisa bermanfaat kepada setiap mahluk. Dan ingat terus hadist ini Nem"
"Silahturahmi dapat memperpanjang umur, dan sedekah dapat merubah takdir yang mubram" (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)
Selamat mencoba teman-teman. Dan temukan keajaiban Allah dalam diri kalian masing-masing. Assalamualaikum.
Sumber : http://www.rriinneemm.com
※ Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Muliakanlah orangnya
¤
Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤
Yang belum punya keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin
ya Rabbal'alamin.¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.